Anehnya, ya…
hubungan ini mungkin singkat,
tapi kenangan yang kamu tinggalkan rasanya padat.
Seolah waktu yang sebentar itu diisi dengan begitu banyak rasa
tertawa yang tulus, percakapan tengah malam, saling cerita hal-hal remeh,
bahkan diam-diam saling mendoakan dalam hati.
Aku masih ingat detailnya.
Nada suaramu waktu menyebut namaku,
cara kamu menenangkan saat aku panik,
dan kalimat-kalimat kecil yang sekarang terus terputar seperti kaset usang di kepalaku.
Semua kenangan itu datang tanpa izin
di pagi hari yang biasa, di tengah keramaian, bahkan di jam-jam sepi saat aku pikir aku sudah baik-baik saja.
Dan mungkin, itu yang paling sulit
bukan lamanya hubungan,
tapi seberapa dalam kita benar-benar hadir untuk satu sama lain.
Seberapa dalam aku menyimpanmu
dalam ruang-ruang kecil yang kini terasa kosong sejak kamu pergi.
Aku nggak menyesal pernah bertemu kamu.
Tapi rasanya memang sakit ketika seseorang datang secepat itu, membuat nyaman secepat itu, lalu pergi… secepat itu juga.
Karena ternyata, perpisahan tidak menunggu waktu yang lama untuk terasa kehilangan.
Mungkin bukan tentang waktunya,
tapi tentang bagaimana kehadiranmu sempat membuat aku merasa tidak sendirian
Komentar
Posting Komentar