Langsung ke konten utama

BAGAIMANA CARA BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

 

Pelan-pelan, aku mulai belajar bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan soal langsung merasa baik, tapi soal menerima bahwa kadang... kita nggak baik-baik saja, dan itu pun nggak apa-apa. Bahwa ada hari-hari ketika kita tidak bisa produktif, ketika kita merasa gagal, ketika kita merasa tidak cukup. Dan bukan berarti kita lemah kita hanya sedang jadi manusia, yang rasanya penuh.

Berdamai dengan diri sendiri bukan tentang melupakan semua kesalahan, tapi memberi ruang untuk memaafkan diri, pelan-pelan. Untuk berkata: “Aku sudah melakukan yang bisa aku lakukan, dengan pemahaman dan kemampuan yang kupunya waktu itu.” Bahwa kesalahan bukan bukti akhir dari siapa diri kita, tapi bagian dari proses kita untuk belajar dan bertumbuh.

Kadang berdamai juga artinya berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena semua orang punya waktunya sendiri, lukanya sendiri, jalannya sendiri. Dan mungkin hidup kita memang belum seperti yang kita harapkan, tapi itu nggak membuat kita gagal. Kita masih tetap berharga. Kita masih tetap layak dicintai.

Berdamai dengan diri sendiri juga tentang mulai menghargai hal-hal kecil yang bisa kita lakukan hari ini. Bangun pagi meski hati berat. Makan tepat waktu. Menyapa orang lain meski diri sendiri sedang kosong. Menangis saat butuh, lalu tidur agar esok bisa lebih ringan. Semua itu bukan hal sepele. Itu keberanian.

Berdamai dengan diri sendiri bukan tujuan yang langsung selesai, tapi proses yang akan terus diulang.
Dan setiap kali kita mencoba,
itu sudah cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NGGAK PERNAH DIPERJUANGKAN SEGITUNYA, APAKAH KITA BARISAN YANG GAK LAYAK DICINTAI

  Kadang aku bertanya-tanya, kenapa selalu jadi orang yang paling dulu sayang, tapi paling akhir dipilih? Kenapa selalu jadi orang yang ngerti, yang ngalah, yang sabar, tapi tetap nggak cukup buat diperjuangkan? Aku tahu cinta nggak seharusnya diminta. Tapi siapa sih yang nggak ingin merasa diinginkan? Kadang capek jadi orang yang "terlalu bisa memahami", sampai-sampai selalu diminta mengerti, tapi jarang benar-benar dimengerti. Kadang rasanya seperti jadi persinggahan, bukan tempat pulang. Jadi tempat orang lain merasa nyaman, tapi bukan tempat mereka ingin menetap. Dan itu menimbulkan pertanyaan yang diam-diam menyakitkan Apa aku kurang berharga untuk diperjuangkan? Apa aku terlalu biasa untuk dicintai dalam-dalam? Apa aku bagian dari barisan orang-orang yang... nggak cukup layak? Tapi pelan-pelan, aku mencoba meluruskan pikiranku. Mungkin ini bukan soal aku kurang pantas. Mungkin ini soal belum bertemu orang yang tahu cara mencintai seperti aku mencintai. Mungkin selama i...

SEJUJURNYA AKU MULAI NGERASA GAK DIINGINKAN DARI HUBUNGAN INI

  Sejujurnya, akhir-akhir ini aku mulai merasa nggak diinginkan dari hubungan ini. Rasanya aku masih ada, tapi tidak benar-benar hadir. Seperti sedang duduk berdua, tapi jiwanya entah di mana.  Obrolan makin singkat, perhatian makin dingin, dan aku jadi terus-menerus bertanya dalam hati masihkah aku dicintai, atau cuma dipertahankan karena terbiasa?  Aku mencoba memahami, mencoba memberi ruang, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini cuma fase tapi kenapa hati kecilku berkata, aku sedang berjuang sendirian?  Aku ingin jadi seseorang yang dicari, bukan yang hanya sekadar dijawab ketika hadir. Aku ingin tetap menjadi rumah, bukan sekadar tempat singgah yang hanya didatangi saat nyaman.  Karena cinta itu bukan sekadar status, bukan sekadar “kita masih bersama”, tapi tentang rasa yang membuatku tahu bahwa aku dihargai, aku penting, aku berarti.  Tapi saat semua kehangatan berubah jadi dingin yang tak terucap, saat kehadiranku terasa seperti beban yang tak d...

LOW MAINTENANCE FRIENDSHIP

Lo pada punya temen yang jarang ngasih kabar tapi lo temenan, ada gak? katanya sih namanya low maintenance friendship alias temenan yang jarang ketemu, jarang ngasih kabar tapi kalo lagi perlu ada, pas ketemu tetep ngakak bareng dan seneng-seneng aja. Fase dewasa kayaknya pertemanan akan begini semua, karena semua akan sibuk berjuang dengan mimpinya masing-masing. Tapi anehnya pertemanan yang begini malah awet, iyakannnnnnnnnnnnnn Sebenarnya bukannya gak peduli, justru orang-orang yang menerapkan ini sadar semakin dewasa setiap orang akan semakin beda prioritas. Kalo dulu tiap malem nongkrong bareng karena sama-sama gak ada tanggung jawab, kalo sekarang karena ada tanggung jawab dan “bentuknya” beda-beda. Sadar kalo masing-masing udah punya kesibukan dan tujuan yang beda. Tapi kalo ketemu rasanya tetep sama, tetep ketawa-ketawa Yang dulunya kos depan-depan-nan, sekarang misah jauh antar kota, antar pulau malah huhuhu karena udah punya tanggung jawab masing-masing, tapi bukan berart...