Pelan-pelan, aku mulai belajar bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan soal langsung merasa baik, tapi soal menerima bahwa kadang... kita nggak baik-baik saja, dan itu pun nggak apa-apa. Bahwa ada hari-hari ketika kita tidak bisa produktif, ketika kita merasa gagal, ketika kita merasa tidak cukup. Dan bukan berarti kita lemah kita hanya sedang jadi manusia, yang rasanya penuh.
Berdamai dengan diri sendiri bukan tentang melupakan semua kesalahan, tapi memberi ruang untuk memaafkan diri, pelan-pelan. Untuk berkata: “Aku sudah melakukan yang bisa aku lakukan, dengan pemahaman dan kemampuan yang kupunya waktu itu.” Bahwa kesalahan bukan bukti akhir dari siapa diri kita, tapi bagian dari proses kita untuk belajar dan bertumbuh.
Kadang berdamai juga artinya berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena semua orang punya waktunya sendiri, lukanya sendiri, jalannya sendiri. Dan mungkin hidup kita memang belum seperti yang kita harapkan, tapi itu nggak membuat kita gagal. Kita masih tetap berharga. Kita masih tetap layak dicintai.
Berdamai dengan diri sendiri juga tentang mulai menghargai hal-hal kecil yang bisa kita lakukan hari ini. Bangun pagi meski hati berat. Makan tepat waktu. Menyapa orang lain meski diri sendiri sedang kosong. Menangis saat butuh, lalu tidur agar esok bisa lebih ringan. Semua itu bukan hal sepele. Itu keberanian.
Berdamai dengan diri sendiri bukan tujuan yang langsung selesai, tapi proses yang akan terus diulang.
Dan setiap kali kita mencoba,
itu sudah cukup.
Komentar
Posting Komentar