Tapi lebih tentang siapa yang bisa menjaga langkahnya tetap seimbang, nggak terlalu berlari sampai lupa beristirahat, dan nggak terlalu diam sampai lupa bergerak.
Ada masanya kita ingin produktif setiap hari. Tapi ada juga masanya kita hanya ingin tidur lebih lama dan diam sebentar. Dulu, aku sering merasa bersalah saat memilih istirahat. Seolah-olah harus terus "bermanfaat" agar diakui. Tapi ternyata... istirahat juga bagian dari tumbuh.
Ada waktu untuk mengejar. Tapi ada juga waktu untuk melepas. Hidup bukan perlombaan tanpa akhir. Kadang yang paling bijak justru yang tahu kapan harus berhenti.
Seimbang bukan berarti semuanya berjalan mulus. Tapi tahu kapan harus menahan, dan kapan harus mengikhlaskan. Kapan harus bicara, dan kapan lebih baik diam. Kapan harus bertahan, dan kapan harus merelakan.
Aku pernah terlalu fokus di luar, sampai lupa melihat dalam diri sendiri. Aku pernah terlalu ingin membuat orang lain senang, sampai lupa bertanya: “Aku sendiri, gimana kabarnya?”
Dan sejak saat itu, aku mulai pelan-pelan belajar bahwa hidup bukan tentang selalu “lebih”. Tapi tentang “cukup”. Bukan tentang jadi segalanya untuk semua orang, tapi jadi utuh untuk diri sendiri.
Hidup yang baik bukan hidup yang sempurna, tapi hidup yang seimbang: ada bahagia, ada sedih. Ada semangat, ada lelah. Ada naik, ada turun. Semuanya berjalan berdampingan. Bukan untuk saling menggantikan, tapi saling melengkapi.
Kalau hari ini kamu merasa tidak “produktif”, tidak apa-apa. Mungkin itu artinya tubuhmu butuh jeda. Kalau kamu merasa lambat, tenang saja. Tidak semua orang punya jalan yang sama cepatnya.
Yang penting bukan seberapa cepat kamu sampai, tapi seberapa utuh dirimu saat tiba.
Hidup bukan tentang membuktikan, tapi tentang menjaga diri tetap utuh dan cukup. Pelan-pelan saja. Yang penting seimbang.

Komentar
Posting Komentar