Ternyata relapse itu nggak nunggu malam.
Kadang justru datang pas pagi hari waktu dunia baru mulai sibuk dan orang-orang mulai beraktivitas,
tapi diri sendiri malah merasa kosong.
Kadang siang juga nggak kalah berat.
Semua orang terlihat produktif, tertawa, kerja, ngobrol tapi diri ini justru sibuk menahan gelombang emosi yang datang tiba-tiba tanpa aba-aba.
Ada rasa ingin ngilang, tapi tetap harus terlihat “baik-baik saja”.
Ada kalanya senyum dibentuk, tapi kepala penuh suara yang nggak berhenti menghakimi diri sendiri.
Dan sore… ya, sore sering jadi waktu paling senyap.
Saat cahaya mulai meredup dan hati ikut surut.
Ada kesedihan samar yang datang diam-diam,
mengingatkan bahwa hari ini pun terasa berat,
dan mungkin besok pun belum tentu lebih ringan.
Dulu aku pikir relapse itu muncul di malam hari aja
waktu semua orang tidur, dan kesedihan punya panggung sendiri.
Tapi nyatanya, emosi itu bisa datang kapan aja.
Tanpa waktu, tanpa alasan yang jelas.
Dan itu… benar-benar melelahkan.
Tapi hari ini aku cuma mau bilang:
kalau kamu sedang berjuang diam-diam,
kalau kamu tiba-tiba sesak di jam-jam yang harusnya produktif,
kalau kamu merasa gagal karena hari ini nggak sekuat biasanya
itu nggak bikin kamu lemah.
Relapse nggak bikin kamu gagal.
Itu cuma bagian dari proses bertumbuh.
Nggak selalu lurus, nggak selalu naik tapi tetap berarti.
Kamu sedang belajar mencintai dirimu di hari-hari sulit.
Dan itu, adalah bentuk kekuatan yang paling diam-diam tapi paling dalam.
Komentar
Posting Komentar