Langsung ke konten utama

SEMUANYA TERLIHAT SEMPURNA, PADAHAL KENYATAANNYA DIA HANYA PANDAI BERSEMBUNYI


Kadang kita melihat seseorang yang hidupnya terlihat begitu rapi. Senyumnya manis, cara bicaranya tenang, sikapnya ramah, dan unggahannya di media sosial selalu memberi semangat. Seolah-olah hidupnya tenang-tenang saja, tidak ada beban, tidak ada luka. Tapi siapa sangka, bisa jadi semua itu hanya topeng yang dipakai dengan sangat rapi.

Ia tidak sedang ingin membohongi dunia. Ia hanya sedang mencoba bertahan.

Ada orang-orang yang begitu terbiasa menjadi kuat, sampai-sampai lupa rasanya menjadi lemah. Terlalu sering menjadi tempat bercerita, sampai tak tahu lagi ke mana harus bercerita. Terlalu sering jadi cahaya untuk orang lain, sampai tak sadar apinya sendiri mulai meredup pelan-pelan.

Dan lucunya, orang-orang seperti ini jarang ditanya, “Kamu baik-baik aja?” Karena dari luar, mereka terlihat sangat... baik-baik aja.

Padahal bisa jadi hatinya kosong. Bisa jadi malam-malamnya sepi. Bisa jadi dia menangis diam-diam, dan tetap tersenyum besok paginya, seolah semua baik-baik saja.

Ada luka yang tidak terlihat. Ada air mata yang tak pernah jatuh di depan orang lain. Ada rasa lelah yang tak sempat diceritakan. Semua disimpan sendiri, karena merasa tidak ingin membebani siapa pun.

Kalau kamu pernah merasa seperti itu, peluk diri kamu sendiri hari ini. Kamu nggak lemah. Kamu hanya manusia yang sedang berjuang dengan caranya sendiri. Dan itu pun sudah luar biasa.

Kita semua pernah ada di fase itu, berpura-pura kuat saat sebenarnya hati kita ingin menyerah. Tapi tidak apa-apa. Pelan-pelan saja. Kamu boleh istirahat. Kamu boleh jujur. Kamu boleh tidak selalu kuat.

Dan kalau kamu kenal seseorang yang selalu terlihat baik-baik saja, ingatkan dirimu: bisa jadi dia hanya sedang pandai menyembunyikan. Jadi, jangan lupa tanyakan kabarnya. Dengan tulus. Kadang satu pertanyaan kecil bisa membuka pintu kejujuran yang sangat melegakan.

Tidak semua luka perlu diumbar. Tapi tidak semua senyum juga berarti bahagia.

Kadang, kita hanya ingin ada satu orang yang bertanya dengan sungguh-sungguh, “Apa kamu lelah?” Tanpa menghakimi. Tanpa buru-buru memberi saran. Hanya duduk di sana dan hadir.

Semoga kita bisa jadi orang itu untuk diri sendiri, dan untuk orang-orang di sekitar kita.

Terima kasih sudah membaca. Tulisan ini untuk kamu yang sedang bertahan diam-diam. Aku lihat usahamu. Meskipun kamu belum bisa bercerita ke siapa pun… kamu tidak sendiri.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

NGGAK PERNAH DIPERJUANGKAN SEGITUNYA, APAKAH KITA BARISAN YANG GAK LAYAK DICINTAI

  Kadang aku bertanya-tanya, kenapa selalu jadi orang yang paling dulu sayang, tapi paling akhir dipilih? Kenapa selalu jadi orang yang ngerti, yang ngalah, yang sabar, tapi tetap nggak cukup buat diperjuangkan? Aku tahu cinta nggak seharusnya diminta. Tapi siapa sih yang nggak ingin merasa diinginkan? Kadang capek jadi orang yang "terlalu bisa memahami", sampai-sampai selalu diminta mengerti, tapi jarang benar-benar dimengerti. Kadang rasanya seperti jadi persinggahan, bukan tempat pulang. Jadi tempat orang lain merasa nyaman, tapi bukan tempat mereka ingin menetap. Dan itu menimbulkan pertanyaan yang diam-diam menyakitkan Apa aku kurang berharga untuk diperjuangkan? Apa aku terlalu biasa untuk dicintai dalam-dalam? Apa aku bagian dari barisan orang-orang yang... nggak cukup layak? Tapi pelan-pelan, aku mencoba meluruskan pikiranku. Mungkin ini bukan soal aku kurang pantas. Mungkin ini soal belum bertemu orang yang tahu cara mencintai seperti aku mencintai. Mungkin selama i...

SEJUJURNYA AKU MULAI NGERASA GAK DIINGINKAN DARI HUBUNGAN INI

  Sejujurnya, akhir-akhir ini aku mulai merasa nggak diinginkan dari hubungan ini. Rasanya aku masih ada, tapi tidak benar-benar hadir. Seperti sedang duduk berdua, tapi jiwanya entah di mana.  Obrolan makin singkat, perhatian makin dingin, dan aku jadi terus-menerus bertanya dalam hati masihkah aku dicintai, atau cuma dipertahankan karena terbiasa?  Aku mencoba memahami, mencoba memberi ruang, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini cuma fase tapi kenapa hati kecilku berkata, aku sedang berjuang sendirian?  Aku ingin jadi seseorang yang dicari, bukan yang hanya sekadar dijawab ketika hadir. Aku ingin tetap menjadi rumah, bukan sekadar tempat singgah yang hanya didatangi saat nyaman.  Karena cinta itu bukan sekadar status, bukan sekadar “kita masih bersama”, tapi tentang rasa yang membuatku tahu bahwa aku dihargai, aku penting, aku berarti.  Tapi saat semua kehangatan berubah jadi dingin yang tak terucap, saat kehadiranku terasa seperti beban yang tak d...

LOW MAINTENANCE FRIENDSHIP

Lo pada punya temen yang jarang ngasih kabar tapi lo temenan, ada gak? katanya sih namanya low maintenance friendship alias temenan yang jarang ketemu, jarang ngasih kabar tapi kalo lagi perlu ada, pas ketemu tetep ngakak bareng dan seneng-seneng aja. Fase dewasa kayaknya pertemanan akan begini semua, karena semua akan sibuk berjuang dengan mimpinya masing-masing. Tapi anehnya pertemanan yang begini malah awet, iyakannnnnnnnnnnnnn Sebenarnya bukannya gak peduli, justru orang-orang yang menerapkan ini sadar semakin dewasa setiap orang akan semakin beda prioritas. Kalo dulu tiap malem nongkrong bareng karena sama-sama gak ada tanggung jawab, kalo sekarang karena ada tanggung jawab dan “bentuknya” beda-beda. Sadar kalo masing-masing udah punya kesibukan dan tujuan yang beda. Tapi kalo ketemu rasanya tetep sama, tetep ketawa-ketawa Yang dulunya kos depan-depan-nan, sekarang misah jauh antar kota, antar pulau malah huhuhu karena udah punya tanggung jawab masing-masing, tapi bukan berart...