Langsung ke konten utama

TERLALU BANYAK EMOSI NEGATIF HARI INI

 



Hari ini rasanya penuh...
Penuh sesak.
Penuh lelah.
Penuh emosi yang datang bertubi-tubi, tanpa sempat dipahami satu per satu.

Ada marah yang tertahan, tapi nggak jelas ke siapa.
Ada sedih yang menggantung, tapi juga sulit dijelaskan.
Ada kecewa, capek, jenuh yang menumpuk seperti tumpukan baju kotor yang tak sempat dicuci. Dan semuanya diam. Tapi terasa berat.

Kadang kita hanya ingin hari cepat selesai.
Bukan karena tak bersyukur, tapi karena kepala dan hati sudah terlalu ramai.

Lucunya, dari luar mungkin tetap terlihat biasa saja.
Tetap tersenyum, tetap menjawab chat, tetap menyelesaikan tanggung jawab. Tapi di dalam… sedang ingin rebah. Sedang ingin menangis. Sedang ingin diam tanpa perlu ditanya-tanya.

Dan itu tidak apa-apa.

Tidak semua hari harus baik-baik saja.
Tidak semua hati harus kuat terus menerus.
Ada kalanya, yang paling bijak justru memberi izin pada diri sendiri untuk merasa. Untuk merasakan semua emosi itu tanpa buru-buru mengusirnya.

Hari ini mungkin berat.
Tapi kamu nggak salah karena merasa seperti ini.
Kamu nggak kurang kuat. Kamu hanya sedang jadi manusia  yang punya batas, yang punya rasa, yang juga boleh lelah.

Besok mungkin akan lebih ringan.
Atau mungkin belum. Tapi satu hal pasti: kamu sudah hebat karena memilih bertahan hari ini.

Terima kasih sudah tetap ada meski emosinya sedang ramai.
Tenang saja, tidak ada yang salah denganmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NGGAK PERNAH DIPERJUANGKAN SEGITUNYA, APAKAH KITA BARISAN YANG GAK LAYAK DICINTAI

  Kadang aku bertanya-tanya, kenapa selalu jadi orang yang paling dulu sayang, tapi paling akhir dipilih? Kenapa selalu jadi orang yang ngerti, yang ngalah, yang sabar, tapi tetap nggak cukup buat diperjuangkan? Aku tahu cinta nggak seharusnya diminta. Tapi siapa sih yang nggak ingin merasa diinginkan? Kadang capek jadi orang yang "terlalu bisa memahami", sampai-sampai selalu diminta mengerti, tapi jarang benar-benar dimengerti. Kadang rasanya seperti jadi persinggahan, bukan tempat pulang. Jadi tempat orang lain merasa nyaman, tapi bukan tempat mereka ingin menetap. Dan itu menimbulkan pertanyaan yang diam-diam menyakitkan Apa aku kurang berharga untuk diperjuangkan? Apa aku terlalu biasa untuk dicintai dalam-dalam? Apa aku bagian dari barisan orang-orang yang... nggak cukup layak? Tapi pelan-pelan, aku mencoba meluruskan pikiranku. Mungkin ini bukan soal aku kurang pantas. Mungkin ini soal belum bertemu orang yang tahu cara mencintai seperti aku mencintai. Mungkin selama i...

SEJUJURNYA AKU MULAI NGERASA GAK DIINGINKAN DARI HUBUNGAN INI

  Sejujurnya, akhir-akhir ini aku mulai merasa nggak diinginkan dari hubungan ini. Rasanya aku masih ada, tapi tidak benar-benar hadir. Seperti sedang duduk berdua, tapi jiwanya entah di mana.  Obrolan makin singkat, perhatian makin dingin, dan aku jadi terus-menerus bertanya dalam hati masihkah aku dicintai, atau cuma dipertahankan karena terbiasa?  Aku mencoba memahami, mencoba memberi ruang, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini cuma fase tapi kenapa hati kecilku berkata, aku sedang berjuang sendirian?  Aku ingin jadi seseorang yang dicari, bukan yang hanya sekadar dijawab ketika hadir. Aku ingin tetap menjadi rumah, bukan sekadar tempat singgah yang hanya didatangi saat nyaman.  Karena cinta itu bukan sekadar status, bukan sekadar “kita masih bersama”, tapi tentang rasa yang membuatku tahu bahwa aku dihargai, aku penting, aku berarti.  Tapi saat semua kehangatan berubah jadi dingin yang tak terucap, saat kehadiranku terasa seperti beban yang tak d...

LOW MAINTENANCE FRIENDSHIP

Lo pada punya temen yang jarang ngasih kabar tapi lo temenan, ada gak? katanya sih namanya low maintenance friendship alias temenan yang jarang ketemu, jarang ngasih kabar tapi kalo lagi perlu ada, pas ketemu tetep ngakak bareng dan seneng-seneng aja. Fase dewasa kayaknya pertemanan akan begini semua, karena semua akan sibuk berjuang dengan mimpinya masing-masing. Tapi anehnya pertemanan yang begini malah awet, iyakannnnnnnnnnnnnn Sebenarnya bukannya gak peduli, justru orang-orang yang menerapkan ini sadar semakin dewasa setiap orang akan semakin beda prioritas. Kalo dulu tiap malem nongkrong bareng karena sama-sama gak ada tanggung jawab, kalo sekarang karena ada tanggung jawab dan “bentuknya” beda-beda. Sadar kalo masing-masing udah punya kesibukan dan tujuan yang beda. Tapi kalo ketemu rasanya tetep sama, tetep ketawa-ketawa Yang dulunya kos depan-depan-nan, sekarang misah jauh antar kota, antar pulau malah huhuhu karena udah punya tanggung jawab masing-masing, tapi bukan berart...