Langsung ke konten utama

Postingan

PERGI DAN KEJARLAH MIMPIMU KEMBALI

  Kalau kamu lelah, berhentilah sebentar. Tarik napas dalam. Tenangkan dada yang sesak oleh ekspektasi dan kecewa. Lalu lihat lagi ke dalam dirimu… mimpi itu masih ada, kan? Mungkin sekarang kamu sedang kehilangan arah. Mungkin semangatmu sempat padam, keyakinanmu goyah, dan langkahmu terasa berat. Tapi bukan berarti kamu harus menyerah selamanya. Kadang kita memang perlu jatuh, agar bisa mengerti betapa kuatnya kita saat bangkit lagi. Tak apa jika hari-harimu sempat gelap. Tak apa jika kamu pernah ingin menyerah. Tapi sekarang… pergilah. Bawa hatimu yang pernah hancur. Bawa semangatmu yang tinggal separuh. Bawa dirimu yang pernah patah dan kejarlah lagi semua yang pernah kamu impikan. Karena tidak ada yang salah dengan memulai kembali. Tidak ada yang salah dengan memperjuangkan diri sendiri, meskipun harus berjalan sendiri. Pergi dan kejarlah mimpimu kembali  bukan untuk membuktikan apa-apa pada dunia, tapi untuk membuktikan pada dirimu sendiri, bahwa kamu...
Postingan terbaru

BAGAIMANA CARA BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

  Pelan-pelan, aku mulai belajar bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan soal langsung merasa baik, tapi soal menerima bahwa kadang... kita nggak baik-baik saja, dan itu pun nggak apa-apa. Bahwa ada hari-hari ketika kita tidak bisa produktif, ketika kita merasa gagal, ketika kita merasa tidak cukup. Dan bukan berarti kita lemah kita hanya sedang jadi manusia, yang rasanya penuh. Berdamai dengan diri sendiri bukan tentang melupakan semua kesalahan, tapi memberi ruang untuk memaafkan diri, pelan-pelan. Untuk berkata: “Aku sudah melakukan yang bisa aku lakukan, dengan pemahaman dan kemampuan yang kupunya waktu itu.” Bahwa kesalahan bukan bukti akhir dari siapa diri kita, tapi bagian dari proses kita untuk belajar dan bertumbuh. Kadang berdamai juga artinya berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena semua orang punya waktunya sendiri, lukanya sendiri, jalannya sendiri. Dan mungkin hidup kita memang belum seperti yang kita harapkan, tapi itu nggak membuat kita gagal. K...

AKU SUDAH MENUNJUKKAN KELEMAHANKU, TAPI TERNYATA BUKAN KAMU ORANGNYA

  Aku kira, dengan membuka luka-luka lama, dengan membiarkanmu melihat bagian terdalam yang selama ini kututup rapat  aku sedang mengambil langkah besar dalam kepercayaan. Aku pikir, memperlihatkan sisi paling rapuhku adalah tanda bahwa aku sudah siap menjadikanmu tempat berpulang. Karena buatku, itu bukan hal kecil. Membiarkan seseorang melihat tangisku. Menceritakan masa lalu yang menyakitkan. Mengakui bahwa aku pun bisa takut, bisa lelah, bisa hancur. Itu semua bukan tentang drama, tapi tentang keberanian untuk jujur di hadapan seseorang yang kita percaya. Tapi ternyata… kamu bukan orangnya. Setelah semua kejujuran yang kuberi, yang kudapat justru jarak. Alih-alih digenggam, aku justru dibiarkan menggigil sendirian. Alih-alih dipahami, aku justru membuatmu menjauh. Aku pernah berharap kamu akan tetap tinggal setelah tahu semua bagian gelapku. Bahwa kamu akan tetap menganggapku layak dicintai, meski aku tidak sempurna. Tapi tidak semua orang mampu mencintai ses...

JIKA TUJUANNYA BUKAN AKU, KENAPA HARUS DATANG BERKALI-KALI

  Kalau memang sejak awal bukan aku yang kamu tuju, kenapa harus datang… lalu pergi… lalu datang lagi? Kenapa harus memberi harapan, menumbuhkan rasa, menjadi hangat hanya untuk kemudian menjauh tanpa penjelasan? Aku bukan seseorang yang mudah membuka hati. Tapi saat kamu datang dengan segala perhatian dan ketulusan yang terlihat nyata, aku pun percaya. Aku pikir kamu juga mengusahakan sesuatu yang sama. Aku pikir ini bukan sekadar mampir, tapi bertumbuh. Tapi ternyata… kamu cuma singgah. Dan lucunya, tak cukup sekali. Setiap kali aku mulai sembuh, kamu kembali. Setiap kali aku mulai ikhlas, kamu muncul. Dan setiap kali aku mencoba meyakinkan diri bahwa ini sudah selesai, kamu datang lagi, dengan cara yang lebih hangat, lebih lembut  dan lebih membingungkan. Kalau tujuannya bukan aku, kenapa hatiku yang harus lelah menunggu dan menata ulang? Kenapa harus datang saat aku sudah belajar berdiri sendiri? Aku lelah, sungguh. Bukan hanya karena kamu datang dan pergi, ...

HUBUNGAN KITA SEBENTAR TAPI KENANGANNYA TERLALU BANYAK

  Anehnya, ya… hubungan ini mungkin singkat, tapi kenangan yang kamu tinggalkan rasanya padat. Seolah waktu yang sebentar itu diisi dengan begitu banyak rasa  tertawa yang tulus, percakapan tengah malam, saling cerita hal-hal remeh, bahkan diam-diam saling mendoakan dalam hati. Aku masih ingat detailnya. Nada suaramu waktu menyebut namaku, cara kamu menenangkan saat aku panik, dan kalimat-kalimat kecil yang sekarang terus terputar seperti kaset usang di kepalaku. Semua kenangan itu datang tanpa izin  di pagi hari yang biasa, di tengah keramaian, bahkan di jam-jam sepi saat aku pikir aku sudah baik-baik saja. Dan mungkin, itu yang paling sulit bukan lamanya hubungan, tapi seberapa dalam kita benar-benar hadir untuk satu sama lain. Seberapa dalam aku menyimpanmu  dalam ruang-ruang kecil yang kini terasa kosong sejak kamu pergi. Aku nggak menyesal pernah bertemu kamu. Tapi rasanya memang sakit ketika seseorang datang secepat itu, membuat nyaman secepat it...

HIDUP ITU HANYA TENTANG BAGAIMANA SEMUANYA SEIMBANG

Semakin ke sini, aku sadar... hidup ini bukan tentang siapa yang paling cepat, siapa yang paling sibuk, siapa yang paling banyak pencapaiannya. Tapi lebih tentang siapa yang bisa menjaga langkahnya tetap seimbang, nggak terlalu berlari sampai lupa beristirahat, dan nggak terlalu diam sampai lupa bergerak. Ada masanya kita ingin produktif setiap hari. Tapi ada juga masanya kita hanya ingin tidur lebih lama dan diam sebentar. Dulu, aku sering merasa bersalah saat memilih istirahat. Seolah-olah harus terus "bermanfaat" agar diakui. Tapi ternyata... istirahat juga bagian dari tumbuh. Ada waktu untuk mengejar. Tapi ada juga waktu untuk melepas. Hidup bukan perlombaan tanpa akhir. Kadang yang paling bijak justru yang tahu kapan harus berhenti. Seimbang bukan berarti semuanya berjalan mulus. Tapi tahu kapan harus menahan, dan kapan harus mengikhlaskan. Kapan harus bicara, dan kapan lebih baik diam. Kapan harus bertahan, dan kapan harus merelakan. Aku pernah terlalu fokus di lua...

TERLALU BANYAK EMOSI NEGATIF HARI INI

  Hari ini rasanya penuh... Penuh sesak. Penuh lelah. Penuh emosi yang datang bertubi-tubi, tanpa sempat dipahami satu per satu. Ada marah yang tertahan, tapi nggak jelas ke siapa. Ada sedih yang menggantung, tapi juga sulit dijelaskan. Ada kecewa, capek, jenuh yang menumpuk seperti tumpukan baju kotor yang tak sempat dicuci. Dan semuanya diam. Tapi terasa berat. Kadang kita hanya ingin hari cepat selesai. Bukan karena tak bersyukur, tapi karena kepala dan hati sudah terlalu ramai. Lucunya, dari luar mungkin tetap terlihat biasa saja. Tetap tersenyum, tetap menjawab chat, tetap menyelesaikan tanggung jawab. Tapi di dalam… sedang ingin rebah. Sedang ingin menangis. Sedang ingin diam tanpa perlu ditanya-tanya. Dan itu tidak apa-apa. Tidak semua hari harus baik-baik saja. Tidak semua hati harus kuat terus menerus. Ada kalanya, yang paling bijak justru memberi izin pada diri sendiri untuk merasa. Untuk merasakan semua emosi itu tanpa buru-buru mengusirnya. Hari ini mungkin ber...