Kalau kamu lelah, berhentilah sebentar. Tarik napas dalam. Tenangkan dada yang sesak oleh ekspektasi dan kecewa. Lalu lihat lagi ke dalam dirimu… mimpi itu masih ada, kan? Mungkin sekarang kamu sedang kehilangan arah. Mungkin semangatmu sempat padam, keyakinanmu goyah, dan langkahmu terasa berat. Tapi bukan berarti kamu harus menyerah selamanya. Kadang kita memang perlu jatuh, agar bisa mengerti betapa kuatnya kita saat bangkit lagi. Tak apa jika hari-harimu sempat gelap. Tak apa jika kamu pernah ingin menyerah. Tapi sekarang… pergilah. Bawa hatimu yang pernah hancur. Bawa semangatmu yang tinggal separuh. Bawa dirimu yang pernah patah dan kejarlah lagi semua yang pernah kamu impikan. Karena tidak ada yang salah dengan memulai kembali. Tidak ada yang salah dengan memperjuangkan diri sendiri, meskipun harus berjalan sendiri. Pergi dan kejarlah mimpimu kembali bukan untuk membuktikan apa-apa pada dunia, tapi untuk membuktikan pada dirimu sendiri, bahwa kamu...
Pelan-pelan, aku mulai belajar bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan soal langsung merasa baik, tapi soal menerima bahwa kadang... kita nggak baik-baik saja, dan itu pun nggak apa-apa. Bahwa ada hari-hari ketika kita tidak bisa produktif, ketika kita merasa gagal, ketika kita merasa tidak cukup. Dan bukan berarti kita lemah kita hanya sedang jadi manusia, yang rasanya penuh. Berdamai dengan diri sendiri bukan tentang melupakan semua kesalahan, tapi memberi ruang untuk memaafkan diri, pelan-pelan. Untuk berkata: “Aku sudah melakukan yang bisa aku lakukan, dengan pemahaman dan kemampuan yang kupunya waktu itu.” Bahwa kesalahan bukan bukti akhir dari siapa diri kita, tapi bagian dari proses kita untuk belajar dan bertumbuh. Kadang berdamai juga artinya berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena semua orang punya waktunya sendiri, lukanya sendiri, jalannya sendiri. Dan mungkin hidup kita memang belum seperti yang kita harapkan, tapi itu nggak membuat kita gagal. K...