Langsung ke konten utama

Postingan

NGGAK PERNAH DIPERJUANGKAN SEGITUNYA, APAKAH KITA BARISAN YANG GAK LAYAK DICINTAI

  Kadang aku bertanya-tanya, kenapa selalu jadi orang yang paling dulu sayang, tapi paling akhir dipilih? Kenapa selalu jadi orang yang ngerti, yang ngalah, yang sabar, tapi tetap nggak cukup buat diperjuangkan? Aku tahu cinta nggak seharusnya diminta. Tapi siapa sih yang nggak ingin merasa diinginkan? Kadang capek jadi orang yang "terlalu bisa memahami", sampai-sampai selalu diminta mengerti, tapi jarang benar-benar dimengerti. Kadang rasanya seperti jadi persinggahan, bukan tempat pulang. Jadi tempat orang lain merasa nyaman, tapi bukan tempat mereka ingin menetap. Dan itu menimbulkan pertanyaan yang diam-diam menyakitkan Apa aku kurang berharga untuk diperjuangkan? Apa aku terlalu biasa untuk dicintai dalam-dalam? Apa aku bagian dari barisan orang-orang yang... nggak cukup layak? Tapi pelan-pelan, aku mencoba meluruskan pikiranku. Mungkin ini bukan soal aku kurang pantas. Mungkin ini soal belum bertemu orang yang tahu cara mencintai seperti aku mencintai. Mungkin selama i...
Postingan terbaru

SEJUJURNYA AKU MULAI NGERASA GAK DIINGINKAN DARI HUBUNGAN INI

  Sejujurnya, akhir-akhir ini aku mulai merasa nggak diinginkan dari hubungan ini. Rasanya aku masih ada, tapi tidak benar-benar hadir. Seperti sedang duduk berdua, tapi jiwanya entah di mana.  Obrolan makin singkat, perhatian makin dingin, dan aku jadi terus-menerus bertanya dalam hati masihkah aku dicintai, atau cuma dipertahankan karena terbiasa?  Aku mencoba memahami, mencoba memberi ruang, mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa ini cuma fase tapi kenapa hati kecilku berkata, aku sedang berjuang sendirian?  Aku ingin jadi seseorang yang dicari, bukan yang hanya sekadar dijawab ketika hadir. Aku ingin tetap menjadi rumah, bukan sekadar tempat singgah yang hanya didatangi saat nyaman.  Karena cinta itu bukan sekadar status, bukan sekadar “kita masih bersama”, tapi tentang rasa yang membuatku tahu bahwa aku dihargai, aku penting, aku berarti.  Tapi saat semua kehangatan berubah jadi dingin yang tak terucap, saat kehadiranku terasa seperti beban yang tak d...

RELAPSE TERNYATA GAK CUMAN MALEM DOANG, PAGI-SIANG-SORE JUGA

  Ternyata relapse itu nggak nunggu malam. Kadang justru datang pas pagi hari waktu dunia baru mulai sibuk dan orang-orang mulai beraktivitas, tapi diri sendiri malah merasa kosong. Kadang siang juga nggak kalah berat. Semua orang terlihat produktif, tertawa, kerja, ngobrol tapi diri ini justru sibuk menahan gelombang emosi yang datang tiba-tiba tanpa aba-aba. Ada rasa ingin ngilang, tapi tetap harus terlihat “baik-baik saja”. Ada kalanya senyum dibentuk, tapi kepala penuh suara yang nggak berhenti menghakimi diri sendiri. Dan sore… ya, sore sering jadi waktu paling senyap. Saat cahaya mulai meredup dan hati ikut surut. Ada kesedihan samar yang datang diam-diam, mengingatkan bahwa hari ini pun terasa berat, dan mungkin besok pun belum tentu lebih ringan. Dulu aku pikir relapse itu muncul di malam hari aja  waktu semua orang tidur, dan kesedihan punya panggung sendiri. Tapi nyatanya, emosi itu bisa datang kapan aja. Tanpa waktu, tanpa alasan yang jelas. Dan itu… be...

PERGI DAN KEJARLAH MIMPIMU KEMBALI

  Kalau kamu lelah, berhentilah sebentar. Tarik napas dalam. Tenangkan dada yang sesak oleh ekspektasi dan kecewa. Lalu lihat lagi ke dalam dirimu… mimpi itu masih ada, kan? Mungkin sekarang kamu sedang kehilangan arah. Mungkin semangatmu sempat padam, keyakinanmu goyah, dan langkahmu terasa berat. Tapi bukan berarti kamu harus menyerah selamanya. Kadang kita memang perlu jatuh, agar bisa mengerti betapa kuatnya kita saat bangkit lagi. Tak apa jika hari-harimu sempat gelap. Tak apa jika kamu pernah ingin menyerah. Tapi sekarang… pergilah. Bawa hatimu yang pernah hancur. Bawa semangatmu yang tinggal separuh. Bawa dirimu yang pernah patah dan kejarlah lagi semua yang pernah kamu impikan. Karena tidak ada yang salah dengan memulai kembali. Tidak ada yang salah dengan memperjuangkan diri sendiri, meskipun harus berjalan sendiri. Pergi dan kejarlah mimpimu kembali  bukan untuk membuktikan apa-apa pada dunia, tapi untuk membuktikan pada dirimu sendiri, bahwa kamu...

BAGAIMANA CARA BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

  Pelan-pelan, aku mulai belajar bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan soal langsung merasa baik, tapi soal menerima bahwa kadang... kita nggak baik-baik saja, dan itu pun nggak apa-apa. Bahwa ada hari-hari ketika kita tidak bisa produktif, ketika kita merasa gagal, ketika kita merasa tidak cukup. Dan bukan berarti kita lemah kita hanya sedang jadi manusia, yang rasanya penuh. Berdamai dengan diri sendiri bukan tentang melupakan semua kesalahan, tapi memberi ruang untuk memaafkan diri, pelan-pelan. Untuk berkata: “Aku sudah melakukan yang bisa aku lakukan, dengan pemahaman dan kemampuan yang kupunya waktu itu.” Bahwa kesalahan bukan bukti akhir dari siapa diri kita, tapi bagian dari proses kita untuk belajar dan bertumbuh. Kadang berdamai juga artinya berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena semua orang punya waktunya sendiri, lukanya sendiri, jalannya sendiri. Dan mungkin hidup kita memang belum seperti yang kita harapkan, tapi itu nggak membuat kita gagal. K...

AKU SUDAH MENUNJUKKAN KELEMAHANKU, TAPI TERNYATA BUKAN KAMU ORANGNYA

  Aku kira, dengan membuka luka-luka lama, dengan membiarkanmu melihat bagian terdalam yang selama ini kututup rapat  aku sedang mengambil langkah besar dalam kepercayaan. Aku pikir, memperlihatkan sisi paling rapuhku adalah tanda bahwa aku sudah siap menjadikanmu tempat berpulang. Karena buatku, itu bukan hal kecil. Membiarkan seseorang melihat tangisku. Menceritakan masa lalu yang menyakitkan. Mengakui bahwa aku pun bisa takut, bisa lelah, bisa hancur. Itu semua bukan tentang drama, tapi tentang keberanian untuk jujur di hadapan seseorang yang kita percaya. Tapi ternyata… kamu bukan orangnya. Setelah semua kejujuran yang kuberi, yang kudapat justru jarak. Alih-alih digenggam, aku justru dibiarkan menggigil sendirian. Alih-alih dipahami, aku justru membuatmu menjauh. Aku pernah berharap kamu akan tetap tinggal setelah tahu semua bagian gelapku. Bahwa kamu akan tetap menganggapku layak dicintai, meski aku tidak sempurna. Tapi tidak semua orang mampu mencintai ses...

JIKA TUJUANNYA BUKAN AKU, KENAPA HARUS DATANG BERKALI-KALI

  Kalau memang sejak awal bukan aku yang kamu tuju, kenapa harus datang… lalu pergi… lalu datang lagi? Kenapa harus memberi harapan, menumbuhkan rasa, menjadi hangat hanya untuk kemudian menjauh tanpa penjelasan? Aku bukan seseorang yang mudah membuka hati. Tapi saat kamu datang dengan segala perhatian dan ketulusan yang terlihat nyata, aku pun percaya. Aku pikir kamu juga mengusahakan sesuatu yang sama. Aku pikir ini bukan sekadar mampir, tapi bertumbuh. Tapi ternyata… kamu cuma singgah. Dan lucunya, tak cukup sekali. Setiap kali aku mulai sembuh, kamu kembali. Setiap kali aku mulai ikhlas, kamu muncul. Dan setiap kali aku mencoba meyakinkan diri bahwa ini sudah selesai, kamu datang lagi, dengan cara yang lebih hangat, lebih lembut  dan lebih membingungkan. Kalau tujuannya bukan aku, kenapa hatiku yang harus lelah menunggu dan menata ulang? Kenapa harus datang saat aku sudah belajar berdiri sendiri? Aku lelah, sungguh. Bukan hanya karena kamu datang dan pergi, ...