Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

PERGI DAN KEJARLAH MIMPIMU KEMBALI

  Kalau kamu lelah, berhentilah sebentar. Tarik napas dalam. Tenangkan dada yang sesak oleh ekspektasi dan kecewa. Lalu lihat lagi ke dalam dirimu… mimpi itu masih ada, kan? Mungkin sekarang kamu sedang kehilangan arah. Mungkin semangatmu sempat padam, keyakinanmu goyah, dan langkahmu terasa berat. Tapi bukan berarti kamu harus menyerah selamanya. Kadang kita memang perlu jatuh, agar bisa mengerti betapa kuatnya kita saat bangkit lagi. Tak apa jika hari-harimu sempat gelap. Tak apa jika kamu pernah ingin menyerah. Tapi sekarang… pergilah. Bawa hatimu yang pernah hancur. Bawa semangatmu yang tinggal separuh. Bawa dirimu yang pernah patah dan kejarlah lagi semua yang pernah kamu impikan. Karena tidak ada yang salah dengan memulai kembali. Tidak ada yang salah dengan memperjuangkan diri sendiri, meskipun harus berjalan sendiri. Pergi dan kejarlah mimpimu kembali  bukan untuk membuktikan apa-apa pada dunia, tapi untuk membuktikan pada dirimu sendiri, bahwa kamu...

BAGAIMANA CARA BERDAMAI DENGAN DIRI SENDIRI

  Pelan-pelan, aku mulai belajar bahwa berdamai dengan diri sendiri bukan soal langsung merasa baik, tapi soal menerima bahwa kadang... kita nggak baik-baik saja, dan itu pun nggak apa-apa. Bahwa ada hari-hari ketika kita tidak bisa produktif, ketika kita merasa gagal, ketika kita merasa tidak cukup. Dan bukan berarti kita lemah kita hanya sedang jadi manusia, yang rasanya penuh. Berdamai dengan diri sendiri bukan tentang melupakan semua kesalahan, tapi memberi ruang untuk memaafkan diri, pelan-pelan. Untuk berkata: “Aku sudah melakukan yang bisa aku lakukan, dengan pemahaman dan kemampuan yang kupunya waktu itu.” Bahwa kesalahan bukan bukti akhir dari siapa diri kita, tapi bagian dari proses kita untuk belajar dan bertumbuh. Kadang berdamai juga artinya berhenti membandingkan diri dengan hidup orang lain. Karena semua orang punya waktunya sendiri, lukanya sendiri, jalannya sendiri. Dan mungkin hidup kita memang belum seperti yang kita harapkan, tapi itu nggak membuat kita gagal. K...

AKU SUDAH MENUNJUKKAN KELEMAHANKU, TAPI TERNYATA BUKAN KAMU ORANGNYA

  Aku kira, dengan membuka luka-luka lama, dengan membiarkanmu melihat bagian terdalam yang selama ini kututup rapat  aku sedang mengambil langkah besar dalam kepercayaan. Aku pikir, memperlihatkan sisi paling rapuhku adalah tanda bahwa aku sudah siap menjadikanmu tempat berpulang. Karena buatku, itu bukan hal kecil. Membiarkan seseorang melihat tangisku. Menceritakan masa lalu yang menyakitkan. Mengakui bahwa aku pun bisa takut, bisa lelah, bisa hancur. Itu semua bukan tentang drama, tapi tentang keberanian untuk jujur di hadapan seseorang yang kita percaya. Tapi ternyata… kamu bukan orangnya. Setelah semua kejujuran yang kuberi, yang kudapat justru jarak. Alih-alih digenggam, aku justru dibiarkan menggigil sendirian. Alih-alih dipahami, aku justru membuatmu menjauh. Aku pernah berharap kamu akan tetap tinggal setelah tahu semua bagian gelapku. Bahwa kamu akan tetap menganggapku layak dicintai, meski aku tidak sempurna. Tapi tidak semua orang mampu mencintai ses...

JIKA TUJUANNYA BUKAN AKU, KENAPA HARUS DATANG BERKALI-KALI

  Kalau memang sejak awal bukan aku yang kamu tuju, kenapa harus datang… lalu pergi… lalu datang lagi? Kenapa harus memberi harapan, menumbuhkan rasa, menjadi hangat hanya untuk kemudian menjauh tanpa penjelasan? Aku bukan seseorang yang mudah membuka hati. Tapi saat kamu datang dengan segala perhatian dan ketulusan yang terlihat nyata, aku pun percaya. Aku pikir kamu juga mengusahakan sesuatu yang sama. Aku pikir ini bukan sekadar mampir, tapi bertumbuh. Tapi ternyata… kamu cuma singgah. Dan lucunya, tak cukup sekali. Setiap kali aku mulai sembuh, kamu kembali. Setiap kali aku mulai ikhlas, kamu muncul. Dan setiap kali aku mencoba meyakinkan diri bahwa ini sudah selesai, kamu datang lagi, dengan cara yang lebih hangat, lebih lembut  dan lebih membingungkan. Kalau tujuannya bukan aku, kenapa hatiku yang harus lelah menunggu dan menata ulang? Kenapa harus datang saat aku sudah belajar berdiri sendiri? Aku lelah, sungguh. Bukan hanya karena kamu datang dan pergi, ...

HUBUNGAN KITA SEBENTAR TAPI KENANGANNYA TERLALU BANYAK

  Anehnya, ya… hubungan ini mungkin singkat, tapi kenangan yang kamu tinggalkan rasanya padat. Seolah waktu yang sebentar itu diisi dengan begitu banyak rasa  tertawa yang tulus, percakapan tengah malam, saling cerita hal-hal remeh, bahkan diam-diam saling mendoakan dalam hati. Aku masih ingat detailnya. Nada suaramu waktu menyebut namaku, cara kamu menenangkan saat aku panik, dan kalimat-kalimat kecil yang sekarang terus terputar seperti kaset usang di kepalaku. Semua kenangan itu datang tanpa izin  di pagi hari yang biasa, di tengah keramaian, bahkan di jam-jam sepi saat aku pikir aku sudah baik-baik saja. Dan mungkin, itu yang paling sulit bukan lamanya hubungan, tapi seberapa dalam kita benar-benar hadir untuk satu sama lain. Seberapa dalam aku menyimpanmu  dalam ruang-ruang kecil yang kini terasa kosong sejak kamu pergi. Aku nggak menyesal pernah bertemu kamu. Tapi rasanya memang sakit ketika seseorang datang secepat itu, membuat nyaman secepat it...

HIDUP ITU HANYA TENTANG BAGAIMANA SEMUANYA SEIMBANG

Semakin ke sini, aku sadar... hidup ini bukan tentang siapa yang paling cepat, siapa yang paling sibuk, siapa yang paling banyak pencapaiannya. Tapi lebih tentang siapa yang bisa menjaga langkahnya tetap seimbang, nggak terlalu berlari sampai lupa beristirahat, dan nggak terlalu diam sampai lupa bergerak. Ada masanya kita ingin produktif setiap hari. Tapi ada juga masanya kita hanya ingin tidur lebih lama dan diam sebentar. Dulu, aku sering merasa bersalah saat memilih istirahat. Seolah-olah harus terus "bermanfaat" agar diakui. Tapi ternyata... istirahat juga bagian dari tumbuh. Ada waktu untuk mengejar. Tapi ada juga waktu untuk melepas. Hidup bukan perlombaan tanpa akhir. Kadang yang paling bijak justru yang tahu kapan harus berhenti. Seimbang bukan berarti semuanya berjalan mulus. Tapi tahu kapan harus menahan, dan kapan harus mengikhlaskan. Kapan harus bicara, dan kapan lebih baik diam. Kapan harus bertahan, dan kapan harus merelakan. Aku pernah terlalu fokus di lua...

TERLALU BANYAK EMOSI NEGATIF HARI INI

  Hari ini rasanya penuh... Penuh sesak. Penuh lelah. Penuh emosi yang datang bertubi-tubi, tanpa sempat dipahami satu per satu. Ada marah yang tertahan, tapi nggak jelas ke siapa. Ada sedih yang menggantung, tapi juga sulit dijelaskan. Ada kecewa, capek, jenuh yang menumpuk seperti tumpukan baju kotor yang tak sempat dicuci. Dan semuanya diam. Tapi terasa berat. Kadang kita hanya ingin hari cepat selesai. Bukan karena tak bersyukur, tapi karena kepala dan hati sudah terlalu ramai. Lucunya, dari luar mungkin tetap terlihat biasa saja. Tetap tersenyum, tetap menjawab chat, tetap menyelesaikan tanggung jawab. Tapi di dalam… sedang ingin rebah. Sedang ingin menangis. Sedang ingin diam tanpa perlu ditanya-tanya. Dan itu tidak apa-apa. Tidak semua hari harus baik-baik saja. Tidak semua hati harus kuat terus menerus. Ada kalanya, yang paling bijak justru memberi izin pada diri sendiri untuk merasa. Untuk merasakan semua emosi itu tanpa buru-buru mengusirnya. Hari ini mungkin ber...

MASIH MENCOBA BELAJAR "MENERIMA & MEMAAFKAN" DENGAN SEGALA HAL YANG SUDAH TERJADI

  Aku pikir aku sudah selesai dengan masa lalu. Sudah berdamai, sudah ikhlas, sudah kuat. Tapi ternyata, ada hari-hari tertentu ketika ingatan itu datang tanpa permisi dan rasanya masih sesak. Ada luka-luka kecil yang belum betul-betul sembuh, meski sudah lama tak berdarah. Ada perasaan yang tak bisa selalu dijelaskan, kenapa aku masih terdiam saat mengingat beberapa hal yang seharusnya sudah kulupakan? Kenapa masih ada bagian dalam diriku yang menggigil saat mengenang hal-hal yang dulu pernah menyakitkan? Dan di situlah aku sadar… aku ternyata belum sepenuhnya menerima. Belum sepenuhnya memaafkan. Baik orang lain, maupun diriku sendiri. Aku masih belajar. Belajar menerima bahwa ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai harapan. Bahwa ada keputusan-keputusan yang harus diambil meski terasa menyakitkan. Bahwa tidak semua orang akan minta maaf, bahkan ketika mereka tahu mereka salah. Bahwa kadang aku sendiri juga menjadi orang yang mengecewakan. Dan memaafkan... ternyata tidak sela...

RUMAH AJA GAK PUNYA, TAPI MASIH HARUS DISAKITIN SAMA ORANG YANG KITA ANGGAP TEMPAT PULANG

  Kadang rasanya dunia ini sempit sekali. Tempat yang katanya “rumah” nggak pernah ada, dan orang yang kita kira bisa jadi tempat pulang, justru yang paling sering melukai. Lucu, ya. Sudah berusaha bertahan dengan segala kehilangan, sudah belajar jalan sendiri saat semua pintu tertutup, sudah mencoba kuat tanpa banyak tempat bersandar  tapi tetap saja masih harus dikhianati oleh orang yang kita percaya paling dalam. Kita cuma pengin merasa aman. Pengin ada satu tempat atau satu orang yang bisa jadi ruang tenang. Yang bisa dipeluk tanpa takut ditinggal. Yang bisa didengar tanpa harus selalu kuat. Tapi nyatanya, nggak semua yang kita beri cinta tahu cara menjaga. Nggak semua yang kita percaya paham artinya dipilih. Dan nggak semua yang kita anggap pulang… bisa benar-benar jadi rumah. Sakitnya bukan karena ditinggal. Tapi karena ditinggal sama orang yang kita bela sepenuh hati. Yang kita doakan diam-diam. Yang kita jaga, bahkan saat kita sendiri lagi nggak baik-baik aja. Tap...

SEMUANYA TERLIHAT SEMPURNA, PADAHAL KENYATAANNYA DIA HANYA PANDAI BERSEMBUNYI

Kadang kita melihat seseorang yang hidupnya terlihat begitu rapi. Senyumnya manis, cara bicaranya tenang, sikapnya ramah, dan unggahannya di media sosial selalu memberi semangat. Seolah-olah hidupnya tenang-tenang saja, tidak ada beban, tidak ada luka. Tapi siapa sangka, bisa jadi semua itu hanya topeng yang dipakai dengan sangat rapi. Ia tidak sedang ingin membohongi dunia. Ia hanya sedang mencoba bertahan. Ada orang-orang yang begitu terbiasa menjadi kuat, sampai-sampai lupa rasanya menjadi lemah. Terlalu sering menjadi tempat bercerita, sampai tak tahu lagi ke mana harus bercerita. Terlalu sering jadi cahaya untuk orang lain, sampai tak sadar apinya sendiri mulai meredup pelan-pelan. Dan lucunya, orang-orang seperti ini jarang ditanya, “Kamu baik-baik aja?” Karena dari luar, mereka terlihat sangat... baik-baik aja. Padahal bisa jadi hatinya kosong. Bisa jadi malam-malamnya sepi. Bisa jadi dia menangis diam-diam, dan tetap tersenyum besok paginya, seolah semua baik-baik saja. Ad...

SEBENARNYA TUHAN MAU AKU JADI SEKUAT APA?

  Kadang aku bertanya dalam diam Tuhan… sebenarnya Engkau ingin aku jadi sekuat apa? Karena rasanya, baru selesai satu ujian… datang lagi yang lain. Baru bisa bernapas lega sebentar… tiba-tiba sesak lagi. Baru bisa sedikit tersenyum… eh, hati retak lagi. Aku tahu hidup bukan tentang selalu mudah. Aku tahu ada pelajaran di balik setiap luka. Tapi tetap saja… lelah itu nyata. Air mata itu bukan dibuat-buat. Dan senyum yang dipaksakan itu… ya, kadang cuma pelindung supaya orang lain nggak terlalu khawatir. Aku mencoba kuat. Sudah sejak lama. Tapi diam-diam aku ingin bertanya Apakah boleh kalau hari ini aku lemah sebentar? Kalau hari ini aku nggak ingin berpura-pura tegar? Kalau hari ini aku cuma ingin duduk diam dan menangis? Aku ingin percaya bahwa semua ini bukan sia-sia. Bahwa ada makna di balik segala kehilangan dan kecewa. Bahwa Tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang lebih indah meski jalannya sekarang begitu gelap dan berat. Tapi di tengah semuanya… aku tetap manusia biasa. Y...